kuingat

"Semua apa yg pernah kurasakan ttgmu,
benar atau salah menurutmu,
kau akui atau kau hianati,
terserah....
Aku akan puas setelah kau tau bahwa
aku menulis cerita ttg kita,
kau dan aku mjd bait dlm lagu2ku yg tercipta
aku tak bohong...."


Aku terus menatapnya dr sisi gelapku, takkan jemu rasanya. Tak lepas hasratku, aku ingin berlalu di hadapannya, mengharapkan satu kedipan mata dr alisnya yg jeli. Dan aku tak pernah menyangka sebelumnya dia secantik ini. Sejenak, ia luput dr pandanganku. Aku pun spt cacing kepanasan, mondar-mandir ditengah keramaian utk menemukan wajahnya. Begitulah perasaanku saat itu, tak ingin dia samar dr pandangan ku walau hanya satu kedipan mata. Bahkan jika ia tetap disana, akan kucarikan anak korek utk menopang pelupuk mataku agar tak mengatup.

Tatkala sang puteri berlalu di depanku, hati ini bergetar seakan ada gempa berkekuatan 6 SR, tubuhku pun layu laksana rumput yg dipestisida dibwh teriknya sinar mentari. Ku akui aku tak kuasa lagi utk menatapnya dlm jarak yg sedekat ini, dan dlm satu waktu yg detail, dlm keseimbangan sempurna, mata kami pun bertemu. "Blass....!!", berdesir aliran darahku, dan kulihat dia merasakan hal yg sama.

Sejak hari itu entah apa yg tjd. Tak pernah mataku terjaga kecuali selalu membayangkan wajahnya, dan ketika tertidur pun dia merasuk ke dlm mimpi2ku. Kadang wajahnya memudar krn aku terlalu memikirkannya, hingga hal ini membuatku sering senyum2 simpul sendiri tanpa alasan.
"Hey bro, napa sih loe, belakangan gw liat kerjaannya loe senyum....senyum aja, lagi ada rejeki pa an seh, bagi2 dong !", Yopi menyapaku yg tengah berkhayal.
"Oi, elo pren. Ga da pa2 kok, w cuma ngerasa lagi senang ja...!"
"Huk...ehm..., pasti lagi khasmaran, ya khan?"
"Bisa aja sih loe"
"Ele ele..., sejak ngeliatin bunga desa kemaren, gw liat loe natapnya ampe' kaya' nungguin jemuran, so pasti loe lagi mikirin si dia, ya kan?"
"Ah , ga ah !", jawabku bohong.
"Udahlah pren, orang kaya gitu egona tinggi banget, jgn dipikirin, dia ndak bakalan naksir loe, loe tunggu ampe ngejanda juga ga bakalan mau menurut gw ! Gw aja neh, udah dr kelas 4 SD brusaha ngampirin doi, senyum....nya ja ga dapet !!!", Yopi menasihatiku.

Aku tak ingin terpengaruh, bagiku aku punya kelebihan sendiri. Aku pasti bisa membuatnya cinta padaku, lagipula tampangku ga standar2 amat, pikirku. Kalo cw sih emang belom pernah punya, tapi yg ngantri dijamin buanyak. Bahkan lho, gw pernah nolak cinta 2 orang cw cantik di kelask w sekaligus. Swear lho, ga percaya ya udah. Begitu mahsyurnya gw, dan w rasa doi pasti feeling that I am handsome. Ce'ile...!! Hal inilah yg membuat gw kePDan tuk ngarapin cintrong ne.

Liburan sekolah pun berakhir, besar harapanku utk bertemu dirinya lagi. Rasa rindu menggebu2 di hatiku. Laksana banteng yg ditodongkan kain merah oleh seorang matador, ingin ku menangkapnya dan tak melepasnya hingga halilintar menyambar. Aku baru sadar ternyata doi yg sekampung dgku tak pernah ku tau bahwa dia juga satu sekolah dgku. Aku juga tak pernah tau bahwa dia adalah seorang gadis cantik bak bidadari apabila kostum putih biru gelap itu digantinya dg atribut kebidadariannya. Kecantikannya tersembunyi dibalik jilbab sorong yg tak cocok di wajahnya. Ku harap belum ada yg mengetahti misteri ini, maklum persaingan ketat, bisa2 aku tereliminasi.

Angin keberuntungan bertiup juga, dan terus menghembuskan nafas2 cinta anak manusia yg dimabuk asmara. Uap2 cinta mengepul di udara meneduhkan keromantisan setiap sejoli yg sibuk apel di taman2 sekolah.
Aku pun semakin sure bahwa doi juga mpy prasaan yg sama thdku. Dia sering numpang lewat di depanku, mencoba utk menyapaku dan tak lupa merekahkan 2 bibir manisnya sambil menyuguhkan senyuman yg aduhai menawan. Aku mencoba meyakinkannya, kutatap 2 indah bola matanya, lalu ia balas menatapku. Sehingga bumi semakin berguncang. Aku terhempas, aku terbujur kaku, dan aku merasakan cintaku terbalas. "I...Yes!!", bentakku.

Kini semua kebiasaanku diperhatikannya. Belakangan ini ia jd rajin ke pustaku, entah kenapa. Aku yg selalu jd kutu buku disana merasa berdesir. "Mungkinkah aku lagi dikejar2 ma dia..?", pikirku.

Lagian doi jd sering nanya2 pdku lagi baca buku apa, atau mo cari buku apa. Padahal sebelumnya ga pernah. Aku smakin yakin dia datang utk menarik perhatianku sembari curi2 pandang memperhatikan ketampananku.He3x...

Ia juga jd sering shopping di kantin depan musholla saat jam istirahat. Meskipun ia ga ikut sholat dhuda barengan aku. Habis tu ia akan mengucapkan kata2 'Habibi & Habibah' tatkala ia melihat sepasang remaja keluar dr musholla itu. Mereka dikenal rajin ibadah, dan digosipin sbg rekomendasi pasangan klop ustadz-ustadzah sekolah. (Tapi sayang aku tak menaruh hati padanya, padahal dia gadis yg pintar, cantik n sholeha). Mendengar kata2 tsb, aku berbisik..., "Mungkinkah dia cemburu..?"

Survei membuktikan bahta tak ada keraguan lagi tentang perasaannya thdku. Namun sayang, aku adalah pemuda kuper. Aku tak berani utk PDKT ma dia, sedangkan dia terus menunggu 3 patah kata drku utk melayarkan bahtera cinta kami. Dan kurasa dia sekarang bak mawar mekar yg menginginkan seekor kumbang mempersuntingnya. Aku tau akulah kumbang itu, tapi aku tak cepat2 menghampirinya sebelum kumbang lain mengisap madunya. Kata2 itu mudah, namun akan sulit mengejanya jika diungkapkan buat orang yg kita cintai. Dan semua ini telah membuatku menyesali smuanya. Kenapa tak sampai terucap? Kenapa harus gugup? Dan kenapa aku tak bersikap gentlemen? Padahal dia sedia menantiku....

Sebelumnya tak pernah kusangka,...
Seorang sahabat yg telah mengantarkanku ke titik relijius ini. Aku belajar dr kepribadiannya. Tak pernah dia menghianatiku, dr kelas 1 ampe kelas 2 kami selalu sekelas, dan dia satu2nya teman akrabku di sekolah. Dia adalah sosok yg luar biasa, ramah tamah, pandai bergaul, dan baik tutur katanya. Muluik manih kucindan murah*. Kami selalu bersama kemanapun berkelana, kecuali ke WC dan kamar mandi. Bahkan kami sering ketukar sama guru2 krn kami punya banyak persamaan. Bedanya sih, aku lebih ganteng, tapi dia pintar negaet cw2, tak spt aku yg cupu kaku di depan cw. Sampai pd suati hati dia berkata kpdku...,
"Dimaz, cuba engkau tengok cw yg lagi duduk2 di depan kelas VII.2 itu, yg lagi mecit2 hape..., liat ga..?!", sapa Jefri.
Hatiku berdetak, mataku langsung tertuju kpd siapa yg slama ini aku memendan cinta kpdnya, siapa yg slama ini aku inginkan tak ada orang lain yg mendekatinya. "Atika..?!!", aku terkejut.
"Bagaimana pendapat kau pren, cantik ga..?!", Jefri melanjutkan.
"Apakah Jefri juga menykainya ?", pikirku cemas.
"Woi, lho kok bengong! Liat tuh ada cw cakep, menurut pren gimana, cocok ga ma gw?" Tanya Jefri.
"Loe kenal dia dimana? ", aku balik nanya.
"Dari teman2 gw yg sekelas dgnya, emangnya napa?"
"Tau ga sih loe, cw yg loe maksud itu orang kampungnya gw."
"Wois, bi...sa tu!! Loe tau kok ngasih tau !"
" Meneketehe..!!!"
"Bisa ga loe ngajakin dia utk kenalan ma gw, please pren..?!"
"Loe suka ma dia?"
"Alah...kau bro, cw secakep ntu siapa yg ga suka?!"

Kata-kata Jefri tsb telah menggoncangkan lubuk terdalam dlm palung hatiku, bertalun2 ombak persaingan berkejar-kejaran di samudera naluriku.

Kalo gini masalahnya, gw bakal dapat saingan baru. Orang yg karakternya hampir sama denganku, tapi ia lebih pintar ngegaet cewe, bisa2 gw jd kalah bersaing. Lagi pula, tak mungkin sohib akrab gw ntu bakal gw hianatin. Perlahan2 asaku mulai memudar bersamaan dg keakraban Jefri dan Tika yg semakin dekat. Sementara aku..., terlalu kuper untuk bisa bicara manis di depan cewe.

Jefri mengajakku suatu hari....
"Kawan, mau ga lo nemanin gw ke kelasnya Atika sekarang, hari ini akan gw cuba mengutarakan maksud hati gw, restuilah koncho kau ini sbg sumando urang kampung kau!"
Hancur luluh hatiku, mengapa kecemburuan itu mesti ada pada sahabatku sendiri. Mengapa tidak orang lain saja yg mjd sainganku. Terlalu berat....

Dalam derap langkah menuju kelasnya Atika, aku cecerkan satu per satu semua asa dan hayal yg pernah ada untuknya. Kutegarkan hati, kugumam isak, agar tetap teguh disaat menyaksikan kesakitan yg juga akan dipertontonkan di depan mataku ini. Jefri tak pernah tau aku terluka,

Rasanya tak adil, sudah harus mencemburui sahabat sendiri, apakah aku juga mesti menyaksikan balada cinta Jefri diterima Atika di depan mataku. Ya Allah, dosa apa yg telah kuperbuat? Ya benar, aku harus lari dari kenyataan ini. Tapi tidak, Atika pun merasakan apa yg aku pendam, dia gadis yg baik, rajin menabung, nilainya selalu 100, ia tak rela jika harus menyakitiku dua kali.

Atikapun berlari saat melihat tampangku yg berbarengan dg armada cinta Jefri, kurasa ia telah melihat jiwaku musnah di depannya. Jefripun merasa heran mengapa Atika menghindar saat itu, padahal biasanya mereka akrab banget. Mungkin karna kali ini aku ada diantara mereka, terbaca juga olehku. Dan disisi lain aku tak ingin kalau2 Jefri sampai tau apa yg terpendam diantara aku dan Atika. Lebih baik aku menghindar, pikirku.

"Aduh Jef, perut gw lagi mules nih, gw ga bisa nemanin lo ya, sory banget deh, gw pergi dulu...!" Pintaku cekatan.

Jefri tak lagi menghiraukanku, ia menyusul Atika ke kelasnya. Dan aku tak tau apa yg tjd setelah itu, sedang aku terus mengumpulkan jiwaku yg telah hancur lebur berserakan, ku cuci muka, ku basuh tangan, kuhadapkan wajah hina ini kpd Rabb Yang Mulia. Shg, air wudlu itu pun kembali merekatkan jiwaku laksana air menyatukan tanah liat yg kering haocur.

Di hari2 berikutnya aku mencoba utk melupakan Atika dr kitab perjalanan hidupku, aku coba merobek poster2nya yg bertumpuk di dinding2 Atika, telah beribu deterjen yg kupakai utk menghapuskan wajahnya di benang2 bulu mataku, tapi yg kudapatkan adalah spt kata iklan deterjen, "Warna lama kembali baru". Wajahnya semakin cemerlang, aku merasa mjd manusia yg paling rugi kalau sampai2 terlepas darinya. Akhirnya kubiarkan ia tetap tersemat dalam hatiku, meskipun sematan itu akan menyayat perasaanku utk selamanya.Sebelum pamit dr episode cinta terpendam ini, aku ingin meninggalkan sebuah kenangan utk Atika. Aku akan melakukan sesuatu yg memalukan menurutku, kuharap semoga ia akan selalu ingat padaku dengan kejadian ini. Aku persembahkan sebuah lagu yg telah kuseleksi sesuai suasana hatiku saat itu, aku rela tampil sbg kontestan lomba karaoke di sekolahku. Bukan utk menang, sebatas utk meneriakkan isi hatiku agar orang2 tau bahwa aku mencintainya. Dan memang aku takkan memenangkan kontes ini, karena ku bukanlah seorang penyanyi yg baik. Pada kontes itu, hanya aku yg tampil layaknya seorang superstar yg lagi manggung, aku menyanyi tak karuan. Temponya berantakan, tetapi semua orang menyorakiku. Aku pun puas setelah melantunkan isi hatiku, padahal para juri sangat gencar mengoreksi penampilanku. Tapi aku tetap mendapatkan sesuatu dari Atika, ia menghampiriku, memuji penampilanku, dan ia menyunggingkan senyumnya, entah apa maksudnya. Namun aku tak lagi membalas senyumannya, tak seperti dulu . . .

Sebulan lamanya kucabut parabola di otakku, agar siaran2 wajahnya tidak akan mengusik keseriusanku. Aku akan menghadapi ujian nasional utk meninggalkan SAHARA ini. Aku fokus utk mengontrol kegiatan belajarku, akhirnya aku mampu lulus dengan prediket nilai 3 besar di sekolahku. Aku sangat bangga saat itu, kuingin ia tahu bahwa aku tercatat sbg siswa berprestasi di sekolahku. Rasa sombong merajai hatiku, dan perasaan ria membuncah2 di pikiranku. Kuingin ia melihat aku, dan menyesali takdir ini utk memilikiku.

Tak ada yg merayakan usaha yg telah kuraih, malah yg kudapatkan hanya sebuah pemandangan yg menusuk2 balon kegembiraanku. Atika begitu riangnya bersama Jefri, ia membukakan surat kelulusan Jefri dg riangnya, mesra sekali mereka. Ternyata Atika telah berada dlm pangkuan cinta Jefri. Aku tak tau kapan mereka udah jadian.

Saat itu, seragam putih Jefri dipenuhi dg tinta2 tangan Atika. Aku pun ingin agar Atika menuliskan satu coretan saja di pakaianku ini sbg kenang2an darinya, tapi hanya asa. Aku lalu pulang meninggalkan mereka, meninggalkan orang2 yg berpesta pora dengan cat2 semprot. Pulang dengan kesuksesanku tanpa ada yg merayakan, kuingin seorang pendamping saat itu disisiku. Kuingin ia dengan manja mencoreng2 di pakaian seragamku.

Itulah aku. Akupun pulang ke negeriku dengan bebas setelah terbelenggu selama 3 tahun di taman2 SAHARA. Kuingin menuliskan perjalanankua agar menjadi bukti sejarah, tidak hanya kutulis, aku juga membubuhinya irama2 yg mengekspresikan hatiku. Shg kuberharap suara2 itu akan menceritakan pada alam tentang perasaanku bagi siapa yg malas membacanya langsung di kertas buramku. Semoga angin bertiup kencang & menembus kisi2 rumah Atika &Jefri, agar mereka mendengarkan lagu2ku itu. Dan setelah itu aku akan menghilang dr mereka. Kali ini aku rela utk menyakikiti mereka. Aku, Atika & Jefri mjd bait dlm lagu2ku yg tercipta. Mereka memberiku inspirasi, sebuah hikmah dr kesakitanku selama ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sebuah harapan

puisi dari namaku